Proses pengembangan kurikulum
>> Selasa, 12 April 2011
1. Pendahuluan
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin Bobbit tahun 1918. Bobbit dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, ia perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
2. Proses pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses pengajaran. Jadi secara umum fungsi kurikulum adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan pribadinya kearah tujuan pendidikan. Maka dari itu dibutuhkanlah sebuah alat atau seperangkat untuk mencapai tujuan itu dengan melalui pengonsepan-pengonsepan terlebih dahulu.
Salah satu peranan kurikulum adalah melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru yang disesuaikan dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang, maka tidaklah mengherankan jika alat ini selalu dirombak atau ditinjau kembali demi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman, oleh sebab itu kurikulum juga harus selalu berkembang.
Istilah pengembangan menunjuk pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian intensif.
2.1. Pengertian pengembangan kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ketujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Maka dari itu dalam penyusunan kurikulum perlu memperhatikan :
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik;
4. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan IPTEK dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global;
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. ( pasal 36 UU. No. 20/2003 ).
2.2. Sumber-sumber pengembangn kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa ha yang menjadi sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum.
Pertama; Pengembangan kurikulum bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Karena sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa, isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum mendasarkan kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi luas meliputi semua unsur kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-benda, dan lain-lain.
Kedua; Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi¬potensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa.
Ketiga; Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum kepada pengalaman-pengalaman penyusunan kurikulum yang lalu. Pengalaman pengembangan kurikulum yang lalu menjadi sumber penyusunan kurikulum kemudian.
Keempat; Hal lain yang menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-nilai. Beauchamp menegaskan bahwa nilai dapat merupakan sumber penentuan keputusan yang dinamis. Pertanyaan pertama yang muncul dalam kurikulum yang berdasarkan nilai adalah: Apakah yang harus diajarkan di sekolah?.. Nilai-nilai apakah yang harus diberikan dalam pelaksanaan kurikulum? Nilai-nilai apa yang digunakan sebagai kriteria penentuan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum.
Terakhir; Yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan sosial-politik yang menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of education lokal yang mewakill negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan sosial¬politik dalam penentuan kurikulum adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikbud. Pada pendidikan dasar dan menengah, kekuasaan penyusunan kurikulum sepenuhnya ada pada pusat, sedangkan pada perguruan tinggi rektor diberi kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam penyusunan kurikulum.
2.3. Model-model pengembangan kurikulum
Banyak model dari pengembangan kurikulum yang dapat digunakan. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model kosep pendidikan mana yang digunakan.
A. Model Pengembangan Kurikulum Rogers
Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers yaitu jumlah dari model yang paling sederhna sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya.
B. Model Administratif
Model administratif sering pula disebut model garis staf karena inisiatif dan gagasan dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur-prosedur administrasi.
C. Model Dari Bawah (The Grass Root Model)
Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerja sama antar guru, antar sekolah-sekolah serta harus ada kerja sama antar pihak orang tua murid dan masyarakat.
D. Model Beauchamp (Beauchamp’s System)
G.A. Beauchamp (1964) mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum :
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah
b. Menetapkan personalia
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
d. Implementasi kurikulum
E. Model Terbalik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif.
F. The Systemic Action Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial.
G. Emerging Technical Models
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.
2.4. Teori pengembangan kurikulum
Dalam pengkajian teori pengembangan kurikulum, terdapat empat tahapan pengembangan kurikulum yang dapat ditempuh, yaitu:
1). Tahap makro; Pengembangan kurikulum dikaji dalam lingkup nasional, baik untuk pendidikan sekolah maupun luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Secara vertikal berkaitan dengan kontinuitas atau kesinambungan pengembangan kurikulum dalam berbagai tingkatan (hierarkhi) institusi pendidikan (sekolah), sedangkan secara horizontal berkaitan dengan pengembangan kurikulum pada tingkatan pendidikan yang sama/setara sekalipun jenis pendidikannya berbeda.
2). Tahap institusi; Kegiatan pengembangan kurikulum dilakukan di setiap lembaga pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAK/ dan SMK).
Aspek-aspek yang dikembangkan pada tahap ini di antaranya: visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, mata pelajaran-mata pelajaran yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan, dan fasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat pembelajaran.
3). Tahap mata pelajaran; Pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk silabus pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran yang di-kembangkan pada masing-masing satuan pendidikan. Dari silabus pembelajaran tersebut oleh guru selanjutnya dijabarkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau program yang akan dilaksanakan pada periode bela-jar tertentu. Dalam periode waktu tersebut diharapkan para siswa dapat me-nguasai satu kesatuan kompetensi baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan tertentu. Isi program tersebut adalah apa yang ada dalam silabus pembelajaran pada suatu mata pelajaran, kemudian dilakukan pengaturan-pe-ngaturan yang melengkapinya sehingga program tersebut membentuk suatu program kerja selama satu semester lengkap dengan penentuan alokasi waktu yang dibutuhkan serta kapan dilaksanakannya.
4). Tahap program pembelajaran merupakan tahap pengembangan kurikulum secara mikro pada level kelas, di mana tugas pengembangan menjadi tanggung jawab sepenuhnya seorang gu-ru. Dengan berpedoman pada silabus pembelajaran kemudian guru menjabar-kannya dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (dulu dikenal dengan nama satuan pelajaran) untuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas.
2.5. Pengembang kurikulum
Dalam proses pengembangan kurikulum, tentu saja banyak pihak yang turut terlibat atau berpartisipasi. Hal ini disebabkan karena begitu besar dan sangat strategisnya peranan dari kurikulum itu sendiri sebagai salah satu alat utama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Apabila dikaji secara seksama, sebenarnya harus banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum itu, di antaranya para administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli psikologi, ahli bidang ilmu pengetahuan, para guru, orangtua siswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pihak-pihak lainnya dalam porsi kegiatan yang berbeda-beda. Dari sekian banyak pihak yang terlibat, maka yang secara terus menerus terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum yaitu para administrator pendidikan, pada ahli pendidikan dan kurikulum, dan tentu saja para guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah.
3. Kesimpulan
Kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses pengajaran.
Salah satu peranan kurikulum adalah melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru yang disesuaikan dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang, maka tidaklah mengherankan jika alat ini selalu dirombak atau ditinjau kembali demi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman
1. Pengertian pengembangan kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ketujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.
2. Sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum.
Pertama; Pengembangan kurikulum bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
Kedua; Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak.
Keempat; Hal lain yang menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-nilai.
Terakhir; Yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik.
3. Model-model pengembangan kurikulum
A. Model Pengembangan Kurikulum Rogers
B. Model Administratif
C. Model Dari Bawah (The Grass Root Model)
D. Model Beauchamp (Beauchamp’s System)
E. Model Terbalik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
F. The Systemic Action Research Model
G. Emerging Technical Models
4. Teori pengembangan kurikulum
Dalam pengkajian teori pengembangan kurikulum, terdapat empat tahapan pengembangan kurikulum yang dapat ditempuh, yaitu: 1). Tahap makro; 2). Tahap institusi; 3). Tahap mata pelajaran; 4). Tahap program pembelajaran
5. Pengembang kurikulum
Apabila dikaji secara seksama, sebenarnya harus banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum itu, di antaranya para administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli psikologi, ahli bidang ilmu pengetahuan, para guru, orangtua siswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pihak-pihak lainnya dalam porsi kegiatan yang berbeda-beda. Dari sekian banyak pihak yang terlibat, maka yang secara terus menerus terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum yaitu para administrator pendidikan, pada ahli pendidikan dan kurikulum, dan tentu saja para guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah.
4. Daftar pustaka
Drs. Hendyat Soetopo, 1993, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. :Bumi Aksara.
Prof. Drs. H. Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Prof. Dr.H. Muhaimin, M.A, 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Prof. DR. Nana Syaodih Sukma Dinata, 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.
0 komentar:
Posting Komentar